-->
  • Jelajahi

    Copyright © DETAKOM NEWS
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Pertemuan Tegang di Gedung Putih: Trump Tawarkan Donbas ke Rusia, Ukraina Murka!

    Redaksi
    20/10/25, Oktober 20, 2025 WIB Last Updated 2025-10-20T13:37:46Z
    Poto : Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    DETAKOM NEWS | Dunia politik internasional kembali berguncang. Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara mengejutkan mengusulkan agar wilayah Donbas di Ukraina dibagi sebagai cara untuk menghentikan perang berkepanjangan antara Kyiv dan Moskow.

    Usulan yang dianggap kontroversial itu disampaikan Trump usai pertemuan yang berlangsung tegang dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih, Jumat (17/10/2025). Dalam pertemuan tersebut, Zelensky datang dengan harapan tinggi — namun pulang dengan tangan hampa.

    Pertemuan yang Gagal Berbuah Rudal

    Menurut laporan The Guardian dan Reuters, Zelensky semula berharap dapat mengamankan kesepakatan untuk memperoleh rudal jelajah jarak jauh Tomahawk dari Amerika Serikat — senjata presisi tinggi dengan jangkauan hingga 2.500 kilometer yang mampu menembus jauh ke dalam wilayah Rusia, bahkan mencapai Moskow.

    Namun harapan itu pupus. Trump menolak memberikan sistem senjata tersebut dan justru mengajukan ide mengejutkan: menghentikan perang dengan membiarkan garis pertempuran tetap seperti sekarang.

    “Biarkan saja dipotong apa adanya. Sudah dipotong sekarang,” ujar Trump kepada wartawan di pesawat Air Force One, dikutip The Guardian, Senin (20/10/2025).

    “Kedua pihak bisa bernegosiasi nanti, tapi untuk saat ini, berhenti berperang. Berhenti membunuh orang.”

    Pernyataan itu menandai pergeseran tajam dari sikap Trump sebelumnya. Pada September lalu, ia sempat menyatakan keyakinan bahwa Ukraina masih bisa merebut kembali seluruh wilayahnya — bahkan “melangkah lebih jauh” ke Rusia.

    Tekanan dari Putin dan Diplomasi di Balik Layar

    Sumber Reuters mengungkapkan bahwa perubahan nada Trump tak lepas dari pembicaraan telepon panjang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sehari sebelum pertemuannya dengan Zelensky, pada Kamis (16/10/2025).

    Dalam percakapan itu, Putin disebut menawarkan skema “pertukaran wilayah”: Rusia bersedia menarik sebagian pasukannya dari wilayah Zaporizhzhia dan Kherson, asalkan Ukraina menyerahkan sebagian besar Donbas, termasuk Donetsk dan Luhansk.

    Trump, yang dikenal pragmatis dalam berurusan dengan Rusia, tampaknya menyambut gagasan tersebut. Bahkan, menurut Washington Post, Putin dan Trump tengah mempertimbangkan pertemuan lanjutan di Budapest untuk membahas rincian kesepakatan itu.

    Utusan khusus AS Steve Witkoff dilaporkan menjadi salah satu tokoh kunci yang mendorong Ukraina agar menyetujui pertukaran wilayah itu — sebuah langkah yang disebut para pengamat bisa mengubah peta geopolitik Eropa Timur secara drastis.

    Zelensky: Ukraina Tidak Akan Menyerah

    Namun, Kyiv menolak mentah-mentah usulan tersebut.
    Dalam pernyataannya di media sosial, Zelensky menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menyerahkan satu jengkal pun tanahnya kepada Rusia.

    “Ukraina tidak akan pernah memberikan hadiah apa pun kepada teroris atas kejahatan mereka. Kami mengandalkan mitra kami untuk menegakkan posisi ini,” tulis Zelensky, dikutip The Guardian.

    Zelensky juga menyerukan agar negara-negara Eropa segera mengadakan pertemuan lanjutan dari “koalisi yang bersedia” — blok negara-negara yang masih berkomitmen untuk mempertahankan kedaulatan Ukraina di hadapan tekanan baru dari Washington.

    Antara Gencatan Senjata dan Kapitulasi Politik

    Bagi sebagian analis, usulan Trump mungkin terlihat sebagai upaya diplomatik pragmatis untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun tanpa titik terang. Namun bagi Kyiv dan sekutunya di Eropa Timur, ide tersebut tak ubahnya kapitulasi terselubung yang memberi imbalan atas agresi militer Rusia.

    Dalam wawancara dengan Fox News sebelum bertemu Zelensky, Trump bahkan menyebut bahwa Putin “akan mengambil sesuatu” dari Ukraina.

    “Mereka bertempur dan dia (Putin) punya banyak properti. Dia memenangkan beberapa properti,” kata Trump.“Kita satu-satunya negara yang masuk, menang perang, lalu pergi.”

    Beberapa jam setelah wawancara itu, dalam penerbangan dari Florida ke Washington, Trump kembali menegaskan bahwa gencatan senjata bisa dimulai segera, cukup dengan “menghentikan pertempuran di garis tempat mereka berada sekarang.”

    Dunia Menunggu Langkah Selanjutnya

    Pernyataan Trump sontak memicu gelombang reaksi di dunia internasional. Di Eropa, sejumlah pemimpin menyatakan kekhawatiran bahwa pendekatan semacam itu bisa melegitimasi pendudukan Rusia. Sementara di Washington, sebagian anggota Kongres dari Partai Demokrat menilai Trump telah “menjual” Ukraina demi ambisi politik dan kedekatannya dengan Putin.

    Meski demikian, sumber diplomatik di Brussels mengatakan bahwa ada juga pihak di Barat yang mulai lelah dengan perang panjang dan biaya tinggi, dan melihat inisiatif Trump sebagai “jendela realisme baru”.

    Sementara itu, para analis keamanan menilai pertemuan Trump–Putin di Budapest — jika benar terjadi — bisa menjadi momen paling menentukan sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 2022.

    Apakah langkah Trump akan membawa perdamaian, atau justru membuka babak baru dalam krisis global? Dunia kini menunggu — dengan napas tertahan — arah kebijakan luar negeri AS di bawah kepemimpinan yang kembali tak terduga.**

    Editor : Vona Tarigan
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Artikel Headline

    +